priceless-stories.org – Polisi mengungkapkan tantangan dalam menyelidiki kematian Akseyna Ahad Dori, mahasiswa Universitas Indonesia (UI) berusia 18 tahun, yang meninggal pada tahun 2015.
Meskipun sudah lebih dari sembilan tahun berlalu, otoritas masih kesulitan menemukan petunjuk yang jelas mengenai kematian putra Marsekal Pertama TNI AU (Purn) tersebut, termasuk mengidentifikasi pelaku yang bertanggung jawab atas kematian tersebut.
Kapolres Metro Depok, Kombes Arya Perdana, menjelaskan, “Kami menghadapi kendala sejak awal karena tidak langsung mengenali identitas korban saat ditemukan. Baru beberapa hari kemudian, ketika orang tua korban datang, kami mulai mengidentifikasi korban berdasarkan barang-barang yang dikenalinya.”
Arya menambahkan bahwa lambatnya proses identifikasi ini menyebabkan keterlambatan dalam penyelidikan awal. “Ketika kami kembali ke tempat kejadian perkara (TKP) dan asrama korban, banyak keadaan telah berubah dalam waktu lima hari tersebut,” ujarnya.
Baru-baru ini, polisi telah melakukan audiensi dengan pihak UI dan keluarga Akseyna untuk membahas perkembangan penyidikan. Arya menyatakan bahwa penyidikan kasus ini akan dilanjutkan dengan memperbaiki penyelidikan yang telah dilakukan sebelumnya, bukan memulai dari awal. “Kami akan mengkaji ulang semua bukti dan keterangan saksi yang telah diperoleh sebelumnya,” kata Arya.
Sejauh ini, setidaknya 38 saksi telah dimintai keterangan, namun belum ada saksi atau bukti baru yang ditemukan. Arya juga tidak menutup kemungkinan memeriksa saksi baru jika diperlukan, tergantung pada hasil kajian ulang data.
Selain itu, Arya menyebutkan bahwa polisi mungkin akan mempertimbangkan untuk melakukan olah TKP ulang, meskipun lokasi kejadian, seperti danau tempat korban ditemukan, telah mengalami banyak perubahan.
Akseyna ditemukan meninggal di dasar Danau Kenanga UI pada 26 Maret 2015. Awalnya kasus ini disangka sebagai bunuh diri, namun penyelidikan lebih lanjut mengindikasikan bahwa ini adalah kasus pembunuhan, ditandai dengan luka parah di kepala dan badan korban, serta jenazahnya yang ditemukan dengan ransel berisi batu bata seberat 14 kilogram.