Mantan Pejabat FBI Dituduh Berperan dalam Upaya Pembunuhan terhadap Trump

Link Slot : slot deposit 5k

Penyidik federal Amerika Serikat menangkap Michael Reed, mantan pejabat senior FBI, karena mereka menduga ia terlibat dalam rencana pembunuhan terhadap mantan Presiden Donald Trump. Penangkapan ini mengejutkan publik dan memicu perhatian luas dari berbagai kalangan, terutama menjelang pemilu 2024.

Tim penyidik dari Departemen Kehakiman mengumpulkan bukti komunikasi rahasia, dokumen internal, dan transaksi mencurigakan yang menunjukkan keterlibatan Reed dalam konspirasi tersebut. Mereka menyatakan bahwa Reed menggunakan koneksi lamanya di badan intelijen untuk mendukung operasi ilegal ini.

Dalam penyelidikan, jaksa menemukan bahwa Reed mengatur pertemuan tertutup dan mengirim data intelijen sensitif kepada kelompok yang berencana mencelakai Trump. Ia bahkan menyebut nama Trump secara langsung dalam salah satu pesan terenkripsi yang berhasil dibongkar tim siber federal.

FBI segera menggelar konferensi pers dan menegaskan bahwa lembaga mereka menolak tegas segala bentuk penyalahgunaan wewenang, terutama oleh mantan anggotanya. Juru bicara FBI menyampaikan bahwa mereka akan memproses kasus ini secara terbuka dan adil demi menjaga kepercayaan publik.

Sementara itu, tim kampanye Trump menyerukan perlindungan maksimal bagi tokoh-tokoh politik nasional. Mereka juga meminta pendukung tetap tenang dan tidak bertindak reaktif. Trump belum memberikan komentar resmi, namun sumber dekatnya menyebut bahwa ia mengikuti perkembangan kasus ini secara serius.

Kejadian ini menambah ketegangan menjelang pemilu AS, terutama karena melibatkan mantan pejabat dari lembaga penegak hukum tertinggi. Publik kini menunggu proses hukum dan menuntut transparansi dari semua pihak yang terlibat.

Hollywood Bersuara: Robert De Niro dan Selebritas Lain Rayakan Putusan Pengadilan Trump dengan Semangat Keadilan

priceless-stories.org – Robert De Niro, terkenal sebagai aktor berpengaruh di Hollywood, telah menyatakan kegembiraannya atas putusan bersalah yang diberikan kepada Donald Trump, mantan Presiden Amerika Serikat. Trump sebelumnya terlibat dalam skandal yang melibatkan pembayaran uang tutup mulut kepada seorang bintang film dewasa dan pemalsuan dokumen bisnis, yang diduga dilakukan untuk mempengaruhi hasil Pemilu AS tahun 2016.

Sebagai pendukung setia Joe Biden, De Niro aktif berpartisipasi di luar gedung pengadilan di New York selama proses peradilan Trump, mendukung kampanye Biden. Kegembiraan De Niro semakin terlihat saat Trump dinyatakan bersalah atas 34 dakwaan, dengan De Niro menggambarkan Trump sebagai “orang yang gila.”

Di sebuah acara red carpet untuk film terbarunya, De Niro berkata, “Ini negara saya, dan orang itu [Trump] ingin menghancurkannya. Dia gila. Saya merasa keadilan akhirnya ditegakkan. Ini bagian dari proses yang lebih besar, jadi saya ingin tetap berhati-hati,” seperti dilaporkan Variety.

Namun, dukungan De Niro terhadap Biden dan oposisinya terhadap Trump memiliki konsekuensi. Robert De Niro seharusnya menerima Leadership Award dari National Association of Broadcasters (NAB), namun acara tersebut dibatalkan. NAB menjelaskan bahwa mereka memilih untuk tidak memasukkan pandangan politik De Niro dalam apresiasi mereka untuk menghindari kesalahpahaman.

“Kami mendukung hak kebebasan berbicara dan berpartisipasi dalam aktivitas sipil setiap warga Amerika, namun tampaknya aktivitas politik Robert De Niro dapat mengalihkan perhatian dari kontribusi kemanusiaannya. Untuk menjaga fokus kami pada hal itu, kami memutuskan untuk membatalkan pemberian penghargaan kepada Robert De Niro,” ujar perwakilan NAB, seperti dikutip dari Huffington Post.

De Niro menerima keputusan ini dengan pengertian yang baik, menyatakan dukungannya untuk program-program NAB Leadership Foundation dan mengucapkan terima kasih atas kontribusi mereka.

Di sisi lain, tokoh Hollywood lainnya seperti penulis horor Stephen King dan aktor Mark Hamill juga menyuarakan dukungan mereka untuk putusan tersebut. King menyebut Trump sebagai “penjahat yang sudah dinyatakan bersalah” di Twitter, sementara Hamill menekankan kata “Guilty” sebanyak 34 kali, merujuk pada jumlah dakwaan yang diberikan kepada Trump. George Takei juga menyoroti tanggal pembacaan vonis Trump, yang akan berlangsung beberapa hari sebelum Konvensi Nasional Partai Republik, dengan menyindir bahwa Trump sebaiknya disebut dengan “34” daripada “45,” mengacu pada jumlah dakwaan daripada posisinya sebagai presiden ke-45.