PRICELESS-STORIES.ORG – Dewasa ini, isu efisiensi energi menjadi topik yang penting dalam diskusi terkait perubahan iklim dan keberlanjutan. Kendaraan bermotor, sebagai salah satu kontributor utama emisi gas rumah kaca, menjadi fokus utama dalam upaya peningkatan efisiensi energi. Dua kelompok utama kendaraan yang dibandingkan dalam hal ini adalah kendaraan listrik (EV) dan kendaraan konvensional yang menggunakan bahan bakar fosil (ICE – Internal Combustion Engine). Artikel ini bertujuan untuk melakukan studi komparatif terhadap efisiensi energi antara kedua jenis kendaraan tersebut.

Efisiensi Energi pada Kendaraan Listrik (EV):
Kendaraan listrik beroperasi dengan mengonversi energi listrik dari baterai menjadi tenaga. Efisiensi kendaraan listrik dapat diukur dari “well-to-wheel”, yaitu dari sumber energi sampai ke roda kendaraan.

  1. Produksi Energi: Proses produksi energi listrik dapat bervariasi efisiensinya, tergantung pada sumber energi yang digunakan. Pembangkit listrik yang menggunakan energi terbarukan seperti angin atau surya memiliki efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembangkit yang menggunakan batu bara.
  2. Transmisi Energi: Energi listrik yang dihasilkan harus ditransmisikan dari pembangkit ke stasiun pengisian. Kerugian energi selama transmisi relatif kecil, berkisar 5-7%.
  3. Penyimpanan Energi: Baterai EV memiliki efisiensi penyimpanan energi yang cukup tinggi, dengan kerugian energi sekitar 10-20% selama proses pengisian dan pemakaian.
  4. Konversi Energi: EV mengkonversi energi listrik ke tenaga mekanik dengan efisiensi sekitar 60-70%, yang jauh lebih tinggi dibandingkan ICE.

Efisiensi Energi pada Kendaraan Konvensional (ICE):
Kendaraan konvensional mengandalkan pembakaran bahan bakar fosil untuk menghasilkan tenaga.

  1. Eksplorasi dan Produksi Bahan Bakar: Proses eksplorasi, ekstraksi, pengolahan, dan transportasi bahan bakar fosil memiliki efisiensi energi yang rendah dan seringkali menyebabkan kerugian energi yang signifikan.
  2. Refining: Proses refining bahan bakar fosil juga tidak sepenuhnya efisien dan dapat menyebabkan kerugian tambahan.
  3. Transmisi Bahan Bakar: Distribusi bahan bakar ke stasiun pengisian memiliki efisiensi yang cukup tinggi, namun tetap ada kerugian energi.
  4. Konversi Energi: ICE mengkonversi energi kimia bahan bakar menjadi tenaga mekanik dengan efisiensi sekitar 25-30%. Sebagian besar energi terbuang melalui panas dan gesekan.

Perbandingan Efisiensi Energi:
Secara umum, EV menunjukkan efisiensi yang jauh lebih tinggi dibanding ICE. Hal ini terutama karena:

  1. EV memiliki rangkaian konversi energi yang lebih sederhana dan efisien.
  2. EV tidak membuang energi melalui panas sebanyak ICE.
  3. Sistem regeneratif pada EV memungkinkan pemulihan energi yang sebaliknya terbuang.

Dampak Lingkungan dan Ekonomi:
Peningkatan efisiensi energi pada EV juga berdampak positif terhadap lingkungan dengan mengurangi emisi gas rumah kaca. Selain itu, biaya operasional EV cenderung lebih rendah karena biaya per kilowatt jam energi listrik biasanya lebih murah dibandingkan dengan bahan bakar fosil.

Studi komparatif menunjukkan bahwa EV memiliki efisiensi energi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kendaraan konvensional. Namun, penting untuk mempertimbangkan sumber energi listrik dan siklus hidup keseluruhan kendaraan untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap mengenai dampak lingkungan dan efisiensi energi. Dengan terus berkembangnya teknologi EV dan transisi ke sumber energi terbarukan, efisiensi energi dan manfaat lingkungan dari EV diharapkan akan terus meningkat.